Asrama mahasiswa di universitas di Malaysia

Terdapat satu perbedaaan nyata antara kampus universitas negeri di Indonesia dan di Malaysia, yaitu dalam hal asrama mahasiswa. Universitas publik di Malaysia mempunyai kebijakan mewajibkan mahasiswa di tingkat S1 untuk paling tidak selama tahun pertama studi tinggal di dalam lingkungan kampus yaitu di asrama (sedangkan bagi mahasiswa S2 dan S3 itu  sifatnya pilihan). Beberapa kampus, seperti UTM malah menetapkan slama studi S1 harus tinggal  di asrama secara penuh. Dulu saat masih menjadi mahasiswa IPB, asrama untuk mahasiswa terbatas kapasitasnya, sehingga alat seleksi untuk bisa menjadi penghuni adalah prestasi akademik. Tinggal di asrama milik IPB jelas mendapat banyak kemudahan seperti biaya sewa jauh lebih murah, serta listrik dan air gratis; namun saat itu harus puas untuk kost di rumah penduduk di belakang kampus IPB Baranang Siang. Karena besarnya proporsi waktu yang dihabiskan oleh mahasiswa S1 di Malaysia di kamarnya dan lingkungan asrama (istirahat, belajar, olahraga, makan, diskusi dll), tentu hal ini menjadikan asrama mahasiswa dapat dianggap sebagai ‘rumah kedua’ mereka. Tentu menjadi menarik untuk mengetahui seperti apa situasi dan gaya hidup di rumah kedua ini. Tulisan ini mencoba menjelaskan kehidupan yang saya lihat di asrama mahasiswa di kampus UTM, dimana saya juga tinggal di lingkungan yang berdekatan bersama keluarga (di perumahan untuk staf dan dosen) selama dua tahun ini.

Seperti biasa, lingkungan asrama mahasiswa tentu dirancang secara khusus yang mencerminkan keinginan pendisainnya. Ruang kehidupan di asrama menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari universitas untuk memberikan lingkungan yang optimal bagi mahasiswa untuk studi dan tinggal. Sudah selayaknya bahwa asrama dirancang untuk memberikan tempat yang aman sekaligus sehat yang dapat mendukung keperluan studi dan kurikuler mahasiswa, juga membantu kemajuan dalam hal akademik, kehidupan sosial dan emosionalnya. Terlebih kehidupan di universitas kenyataannya lebih menekankan ikatan komunitas dan interaksi sosial.

Terdapat tiga belas komplek asrama mahasiswa di dalam kampus UTM yang disini disebut dengan istilah Kolej Kediaman. Nama-mana kolej sebagian besar berasal dari pimpinan politik Malaysia untuk melambangkan patriotisme, yaitu nama-nama perdana menteri, wakilnya atau tokoh penting lainnya. Ada kolej yang berisi mahasiswa saja seperti Kolej Tun Gafar Baba dan Kolej Datuk Onn Jafar; ada yang khusus mahasiswi saja, seperti Kolej Tun Fatimah dan Kolej Datin Seri Endon; maupun kolej yang menampung kedua jenis jender, tapi ditempatkan secara terpisah, seperti Kolej Rahman Putera dan Kolej Tun Dr Ismail. Daya tampung maksimal mahasiswa di satu kolej bisa mencapai 1500-1800 orang. Secara total jumlah mahasiswa yang bisa ditampung di seluruh kolej dalam kampus adalah 20 ribu orang, jadi kampus lebih mirip suatu kota kecil yang isinya kaum intelek.

Secara umum terdapat tiga buah jenis kamar asrama mahasiswa, yaitu kamar untuk sendiri, berdua dan model apartemen. Untuk yang model apartemen hanya terdapat di satu kolej saja, yaitu Kolej Perdana dan dialokasikan untuk mahasiswa yang sudah berkeluarga (umumnya mahasiswa pasca sarjana). Di beberapa kolej lain secara terbatas juga terdapat unit untuk mahasiswa yang berkeluarga (istilah yang digunakan rada unik yaitu ‘rumah kelamin’ maksudnya rumah untuk yang sudah berkeluarga). Sedangkan kamar single atau double terdapat di hampir semua kolej yang ada, dengan kondisi yang kurang lebih seragam.

Harga sewa kamar kolej kediaman (asrama mahasiswa) dapat dikategorikan murah, berhubung biayanya memang sebagian disubsidi pemerintah (detailnya ada disini); dengan rentang RM 3.50 – RM 5 per malam untuk orang Malaysia (sekitar Rp 10 ribu – 14 ribu), dan perlu ditambah RM 1 untuk setiap jenis kamar yang disewa bila anda mahasiswa internasional. Harga tersebut termasuk biaya penggunaan listrik dan air, serta sewa perabotan (meja belajar plus kursi, tempat tidur, lemari pakaian dan ruang bersama untuk kegiatan hiburan); termasuk juga akses internet dengan wifi dan jasa kebersihan sekitar asrama. Dua foto dibawah menunjukkan jasa yang diberikan ke mahasiswa di asrama, yaitu akses wifi (foto kiri) dan air minum (foto kanan):

   

Untuk menilai kondisi fisik kamar di asrama, maka berbagai aspek yang berhubungan dengan kenyamanan kondisi bangunan seperti hal tata letak spasial, sirkulasi udara,pencahayaan, ukuran kamar dan pengaturannya, ventilasi dan lainnya menunjukkan kualitas asrama. Hal pertama kali saat kita masuk ke asrama mahasiswa adalah koridor dimana terdapat deretan kamar-kamar. Koridor berlantai semen dengan panjang sekitar 2,3 m dimana pintu kamar saling berhadapan seperti terdapat pada foto dibawah; tanpa lampu penerangan  maka koridor akan terkesan gelap.

            

Bila melihat kondisi ini terlihat bahwa biaya perawatan yang cukup mahal karena koridor harus dibersihkan setiap hari untuk memberikan lingkungan yang nyaman dan sehat bagi penghuninya. Pintu-pintu kamar di koridor terlihat saling berhadapan, yang tentu menimbulkan masalah privasi karena bila kedua pintu terbuka, maka dari kedua ruangan akan saling mengetahui yang lainnya. Aklibatnya lebih sering pintu-pintu kamar dalam keadaan tertutup yang menyebabkan sirkulasi udara tidak terjadi dalam koridor (stagnan), sehingga menyebabkan bau yang sukar untuk hilang (khususnya bau sepatu yang disimpan di koridor).

Bila melihat ruangan kamar, di foto  atas (ukuran dalam mili meter), ditampilkan denah untuk kamar yang berisi dua orang, terlihat bawah disainnya sangat sederhana, namun juga tidak memberikan ruang yang cukup luas. Luas setengah ruangan dipenuhi oleh perabotan (meja, tempat tidur dan lemari pakaian). Namun bila melihat denah untuk kamar yang disewa satu orang, maka terlihat lebih layak proporsi ruangnya; apalagi mulai tahun akademik 2011-2012 nanti di beberapa asrama, berhubung berkurangnya populasi mahasiswa S1, maka ruangan untuk dua orang ini akan menjadi kamar single bagi mahasiswa pasca sarjana.

Sesuatu yang menunjukkan kemakmuran Malaysia, terlihat dari dua foto dibawah ini (tumpukan meja belajar, lemari pakaian dan kursi bekas). Dimana perabotan di kamar asrama mahasiswa yang sudah dipakai selama enam tahun lebih sudah dianggap afkir dan perlu diganti dengan yang baru. Proses pembuangan perabotan pun memerlukan waktu lebih dari seminggu untuk pengumpulan dan evakuasinya dari kampus, berhubung jumlah perabotan dan kamar mahasiswa yang banyak.

 

Dalam lingkungan asrama ada beberapa detail kecil yang terlupa oleh perancangnya, yaitu tersedianya tempat yang luas untuk menjemur pakaian dan tempat parkir sepeda. Kedua hal itu tentu menyebabkan pemandangan yang kurang menyenangkan untuk dilihat di lingkungan asrama seperti terlihat dari dua foto di bawah. Dalam hal menjemur pakaian, maka cara yang mudah untuk dilakukan oleh mahasiswa adalah menjemur di berbagai tempat yang ‘strategis’ yang tersisa; sedangkan ketiadaan tempat menyimpan sepeda bisa menunjukkan perancangnya tidak pernah menggunakannya dan tidak mendorong mahasiswa untuk memakai teknologi hijau sederhana yang menyehatkan.

              

Satu hal keunggulan yang terdapat di lingkungan kampus UTM, termasuk asrama mahasiswa di dalamnya adalah lingkungan kampus yang hijau dan dikelilingi taman yang menyejukkan. Ini tentu menguntungkan bagi mahasiswa untuk sekedar refreshing dari rutinitas aktivitas di kampus dan selingan dengan meneduhkan pemandangan yang dilihat. Hal ini tidak aneh dengan kampus yang luasnya lebih dari seribu hektar ini lebih dari setengahnya adalah hutan dan kebun kelapa sawit yang mengelilingi kompleks berbagai fakultas. Dua foto di bawah menjadi gambarannya.

  

Salah satu manfaat yang terasa dengan disediakannya asrama bagi seluruh mahasiswa adalah menurunnya secara dratis aktivitas yang tidak diinginkan terjadi pada mahasiswa. Saat sebelum semua mahasiswa diwajibkan tinggal di dalam kampus, mereka tinggal di kompleks perumahan yang berdekatan dan menyewa rumah penduduk sekitar secara berkelompok. Salah satu ekses yang dapat terjadi adalah yang berhubungan dengan jiwa muda mereka seperti obat terlarang, hubungan dengan lawan jenis yang tidak terkontrol ataupun aktivitas ugal-ugalan. Ketersediaan asrama untuk menampung semua mahasiswa menyebabkan berbagai ekses ini menurun secara drastis, juga membawa dampak positif meningkatkan prestasi mahasiswa dan menurunkan angka gagal kuliah.

sebagian foto diambil dari paper: “A Study of Living Spaces in UTM Hostel” oleh Alice S. Ismail et. al.

Pos ini dipublikasikan di Pendidikan Malaysia, Student, UTM. Tandai permalink.

3 Balasan ke Asrama mahasiswa di universitas di Malaysia

  1. Obey Angga berkata:

    tulisan terbaru yang mana pak..?
    kupas metode penelitian pak.. dan pengalaman bpk mengajar dan menggunakan media saat jadi guru dulu pak.. atau bpk punya hope tentang sesuatu.. kami yang muda siap memabaca pak 🙂

    • deceng berkata:

      Itulah mas, tersita ngejar setoran; makanya enggal nonggol dua bulan ini :).
      Yang metoda penelitian itu, ceritanya mau bikin blog khusus saja, supaya kelihatan punya banyak blog (he he he)
      untuk urusan mengajar ada di blog pengajaran sains (deceng.wordpress.com)

Tinggalkan Balasan ke Obey Angga Batalkan balasan